Langsung ke konten utama

Biografi guru

Nama : Nur Fadila

Kelas : 1I

Prodi : PAI

Nim : 12001354


                       


Nong marlina


Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Jika saya berkesempatan menulis tentang guru,maka saya akan menulis guru SD saya yaitu ibu Nong Marlina, beliau biasanya dipanggil dengan ibu Nong.Beliau mengajar bahasa Indonesia,beliau sangat ramah dan baik hati.Beliau terkenal akan kesabarannya dalam mendidik muridnya,sehingga banyak sekali murid yang menyukainya termasuk saya.Saya ingin menceritakan sedikit tentang beliau,kisah ini tentu saja saya dengarkan langsung dari beliau.Atas seijinnya saya dapat menulis  dan mempublikasikan kisah ini di blog pribadi saya.

Nong Marlina lahir di Nanga Taman pada tanggal 15 Agustus 1958.Beliau terlahir dari keluarga petani yang sederhana,beliau anak ke 4 dari delapan bersaudara .Beliau hidup serba sederhana dan bisa dibilang sangat memperihatinkan apalagi dengan jumlah saudara yang banyak.Namun demikian untuk pendidikan tidak disia-siakan oleh orang tuanya.Kedua orang tuanya pun bertekad untuk menyekolahkan beliau sehingga beliau dapat menjadi orang yang berhasil kelak dan mampu mengangkat derajat keluarga. Disamping kedua orang tuanya kakak beliau pun juga mendukung pendidikannya.

Sampai usia sekolah,beliau disekolahan di satu-satunya SD yang ada ditempatnya pada waktu itu,Itu pun SD bantuan yang belum berstatus Negeri. Waktu beliau di kelas 3 pernah terlintas dipikirannya untuk berhenti sekolah,karena pernah dipukul gurunya pakai rotan gara-gara ia tidak bisa membaca. Kemudian beliau menceritakan hal tersebut kepada kakaknya untuk berhenti sekolah,dan kakaknya pun mengiyakan permintaan beliau tersebut. Keesokan harinya ia diajak kakaknya pergi berkebun, berangkat pagi pulang sore membuat ia sangat kelelahan. Pada malam hari, kakaknya mendekatinya dan berkata “ Bagaimana rasanya menjadi seorang petani,”beliau  hanyaterdiam dan menunundukan wajahnya. Kemudian kakaknya bertanya lagi “Apakah kamu yakin ingin berhenti sekolah dan lebih memilih untuk menjadi seorang petani?,”beliau pun mengangkat wajahnya dan menjawab “Saya lebih memilih untuk melanjutkan sekolah”. Semenjak kejadian itu ia pun lebih giat lagi belajar agar tidak dimarahi gurunya lagi.  6 tahun dia bergelimbing di SD tersebut suka duka dihadapinya dengan penuh keceriaan.

Setelah lulus SD beliau pernah berpikir untuk tidak melanjutkan sekolahnya,mengingat keadaan keluarganya yang tidak memungkinkan.Tetapi kedua orang tuanya masih sanggup untuk membiayainya dan dibantu pula oleh kakaknya.Akhirnya beliau pun melanjutkan sekolahnya ke jenjang SMP.Di tingkat SMP beliau melalui banyak liku-liku,ada salah satu pengalaman yang masih teringat jelas di pikiran beliau yaitu pada saat ujian terakhir. “Saya dan teman-teman saya mengikuti ujian akhir,kami mengikuti ujiannya ke tempat lain dengan jarak tempuh yang lebih jauh dari desa dengan berjalan kaki.Kalau beruntung kami bisa menumpangi kendaraan air itupun kalau mereka mau ditumpangi,kalau tidak ya kami memutuskan untuk jalan kaki dengan jarak waktu kurang lebih 2 hari baru sampai ketempat ujian dengan demikian kami harus menginap di tempat keluarga disana,”ucapnya sambil tersenyum,sesekali beliau meneteskan air mata bila mengingat liku-liku yang pernah beliau hadapi.Beliau bercerita dengan penuh penghayatan sehingga aku seperti ikut merasakan apa yang beliau rasakan,walaupun sebenarnya aku tidak pernah merasakannya.Setelah selesai ujian mereka semua pun dinyatakan lulus,Alhamdulillah.

Setelah lulus SMP beliau melangkah ketahap berikutnya,bukan melanjutkan ke SMA melainkan ke SPG (Sekolah Pendidik Guru).Sekolah yang beliau cita-citakan sejak dulu untuk memenuhi cita-citanya menjadi seorang guru.Dengan gigih kedua orangtuanya membiayai sekolahnya,ditambah lagi sekolah nya yang jauh dari desa jadi membutuhkan banyak biaya.Lalu beliau pun merantau jauh dan sangat jauh dari kedua orang tuanya serta saudara-saudara nya sungguh sangat menyedihkan. Pada masa itu,sekolah hanya libur 1 kali dalam setahun jadi beliau harus menahan rasa yang teramat rindu kepada keluarganya.Berpisah dengan kedua orang tua dan saudara – saudara adalah hal yang tak mampu untuk diceritakan,pilu,pedih dan sangat sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.Setelah 3 tahun akhirnya beliau dapat menyelesaikan sekolahnya dengan baik.

Setelah menyelesaikan pendidikannya bukan rasa bahagia yang beliau dapatkan melainkan rasa kecewa yang amat mendalam,karena beliau mendapati berita bahwa ayah nya sedang sakit parah. Dia tak  mampu berbuat apa-apa lagi pendidikan hanya sampai disini,ayah sudah tidak ada semuanya seakan sirna,rasa putus asa seakan menghampirinya. Seketika ia mengingat jerih payah orang tuanya yang bekerja banting tulang untuk menyekolahkannya, apakah hanya sampai disini perjuangannya, menyia-nyiakan semua jerih payah orang tuanya. Kemudian ia sadar, ia tidak boleh kecewa dan putus asa.Dengan pendidikan yang hanya sampai SPG atau sederajat dengan SMA ,beliau diberikan kesempatan oleh pemerintah. Semua yang lulus SPG waktu itu diangkat menjadi PNS walaupun tanpa melanjutkan ke perguruan tinggi. Mulai dari pengangkatan itu mereka semua menjadi guru termasuk beliau.Beliau tidak henti-hentinya bersyukur kepada Allah karena hanya dengan tamatan SPG bisa diangkat menjadi seorang guru.

                Beliau mendapatkan tugas pertama kali di Kecamatan Sekadau Hilir,Kabupaten Sekadau  tepatnya di SD 07.Itu pun menjadi sebuah dilema yang membuatnya sampai saat ini tidak pernah melupakannya. SK pertamanya ditugaskan di SD tersebut,ternyata SD nya belum sepenuhnya jadi yang berdiri hanya kerangka bangunannya saja. Dan yang ditugaskan di SD tersebut pada waktu itu ada 3 orang dan 1 orang kepala sekolah. Bayangkan saja mereka harus berjuang kembali untuk merampung kan SD tersebut. Dengan penuh perjuangan,terutama kepala sekolahnya untuk mengurus masalah pembangunan tersebut akhirnya SD tersebut pun berdiri  seutuhnya. Hanya 5 tahun beliau bertugas disana kemudian beliau pindah ke SDN.03 Tanjung. Disitu lah beliau berdomisili sampai sekarang dan tak pernah pindah lagi. Beliau ingin menjadi guru yang terbaik dan berbakti kepada masyarakat Desa Tanjung tuk selamanya.

                Ketika beliau pindah di SD tersebut, beliau diterima dengan baik oleh masyarakat setempat. Masyarakatnya ramah serta berkepribadian yang menyenangkan. Di SDN 03 itulah beliau menghabiskan masa baktinya sebagai seorang pendidik atau guru sampai beliau pensiun. “ Rasa syukur ku kepada Allah SWT yang mana murid-murid yang pernah ku didik tercipta menjadi insan yang tak kalah hebatnya dari insan-insan di kota. Banyak juga yang sukses,doa ku teriring untuk kalian para generasi bangsa jadilah kalian insan-insan yang hebat dan jadilah insan desa yang penuh dengan bibit-bibit muda yang berguna bagi bangsa dan negara,dimulai dari hal yang kecil yaitu jadilah anak yang berguna dan berbakti kepada kedua orang tua kemudian berguna bagi desa mu jadikan desa mu asri dan penuh dengan kreasi-kreasi yang tercipta indah,barulah memikul beban yang lebih besar lagi yaitu menjadi anak muda yang berbakti bagi nusa dan bangsa,” ucapnya kepadaku, diiringi senyuman dan ku balas senyuman disertai anggukan. Kemudian beliau berpesan lagi kepadaku “Rajin-rajin lah belajar, patuhilah kedua orang tuamu buat mereka bangga jangan menyia-nyiakan jerih payah orang tuamu dalam menyekolahkanmu karena kebahagian terbesar orang tua adalah melihat anak nya menjadi orang yang berhasil kelak. Tetapi ingat jika berhasil jangan sekali-kali melupakan orang tuamu tetaplah menjadi anak yang berbakti kepada mereka karena semua keberhasilan mu tidak lepas dari doa mereka,”sebuah pesan dari beliau yang akan selalu aku ingat. Beliau bukan hanya guru favorit ku tetapi juga seorang motivator bagi ku.

Hanya itu yang dapat aku ceritakan tentang guru favorit ku,kurang lebihnya mohon maaf sekian dan terima kasih.

 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Komentar